اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَر
اللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا
لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ
رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا
بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ
Ma’asyiral
muslimin jama’ah shalat ‘Ied yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah
Ta’ala,
Marilah
kita selalu berusaha untuk meningkatkan ketakwaan pada Allah Ta’ala, dengan
cara bersyukur pada Allah atas nikmat dan karunia yang telah Allah berikan pada
kita. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panutan dan suri tauladan kita.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Ma’asyiral
muslimin rahimanii wa rahimakumullah,
Terdapat
dua ibadah yang kita temui pada perayaan Idul Adha, yaitu ibadah qurban dan
ibadah haji. Setidaknya terdapat 5 pelajaran dari kedua ibadah tersebut
1- Belajar untuk ikhlas
Dalam ibadah
qurban, yang dituntut bukanlah daging dan darah, melainkan adalah keikhlasan
dan ketakwaan, agar mendapat ridha Allah SWT. Allah Ta’ala berfirman,
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ
يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
“Daging-daging
unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al-Hajj: 37)
Ibadah
haji pun demikian, kita diperintahkan untuk ikhlas, bukan cari gelar dan cari
sanjungan. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ
كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa
yang berhaji karena Allah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat
kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh
ibunya.” (HR. Bukhari, no. 1521).
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
2- Belajar untuk mengikuti tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam
Berqurban
ada aturan atau ketentuan yang mesti dipenuhi. Misalnya, mesti dihindari cacat
yang membuat tidak sah (buta sebelah, sakit yang jelas, pincang, atau sangat
kurus) dan cacat yang dikatakan makruh (seperti sobeknya telinga, keringnya air
susu, ekor yang terputus). Umur hewan qurban harus masuk dalam kriteria yaitu
hewan musinnah, untuk kambing minimal 1 tahun dan sapi minimal dua tahun. Waktu
penyembelihan pun harus sesuai tuntunan dilakukan setelah shalat Idul Adha,
tidak boleh sebelumnya.
Kemudian
dalam penyaluran hasil qurban, jangan sampai ada maksud untuk mencari
keuntungan seperti dengan menjual kulit atau memberi upah pada tukang jagal
dari sebagian hasil qurban.
Jika
ketentuan-ketentuan yang merupakan syarat ini dilanggar, maka hewan yang
disembelih tidaklah disebut qurban, namun disebut daging biasa.
Al Bara’ bin
‘Azib radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyampaikan khutbah kepada para sahabat pada hari Idul Adha setelah
mengerjakan shalat Idul Adha. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلاَتَنَا وَنَسَكَ نُسُكَنَا فَقَدْ أَصَابَ
النُّسُكَ ، وَمَنْ نَسَكَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَإِنَّهُ قَبْلَ الصَّلاَةِ ، وَلاَ
نُسُكَ لَهُ
“Siapa
yang shalat seperti shalat kami dan menyembelih kurban seperti kurban kami,
maka ia telah mendapatkan pahala kurban. Barangsiapa yang berkurban sebelum
shalat Idul Adha, maka itu hanyalah sembelihan yang ada sebelum shalat dan
tidak teranggap sebagai kurban.”
Begitu
pula dalam ibadah haji hendaklah sesuai tuntunan, tidak bisa kita beribadah
asal-asalan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّى لاَ أَدْرِى لَعَلِّى
لاَ أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِى هَذِهِ
“Ambillah
dariku manasik-manasik kalian, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui,
mungkin saja aku tidak berhaji setelah hajiku ini.” (HR. Muslim no. 1297,
dari Jabir).
Ini
menunjukkan bahwa ibadah qurban dan haji serta ibadah lainnya mesti didasari
ilmu. Jika tidak, maka sia-sialah ibadah tersebut.
اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
وَللهِ الحَمْدُ
3- Belajar untuk sedekah harta
Dalam
ibadah qurban, kita diperintahkan untuk belajar bersedekah, begitu pula haji.
Karena pada saat itu, hartalah yang banyak diqurbankan. Apakah benar kita mampu
mengorbankannya? Padahal watak manusia sangat cinta sekali pada harta.
Ingatlah,
harta semakin dikeluarkan dalam jalan kebaikan dan ketaatan akan semakin
berkah. Sehingga jangan pelit untuk bersedekah. Ingat Allah Ta’ala
berfirman,
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ
خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan
barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah
Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda pula,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah
tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim, no. 2588; dari Abu Hurairah)
Imam
Nawawi berkata, “Kekurangan harta bisa ditutup dengan keberkahannya atau
ditutup dengan pahala di sisi Allah.” (Syarh Shahih Muslim, 16: 128).
اللهُ
أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
وَللهِ الحَمْدُ
4- Belajar untuk meninggalkan larangan walau sementara waktu
Dalam
ibadah qurban ada larangan bagi shahibul qurban yang mesti ia jalankan ketika
telah masuk 1 Dzulhijjah hingga hewan qurban miliknya disembelih. Walaupun
hikmah dari larangan ini tidak dinashkan atau tidak disebutkan dalam dalil,
namun tetap mesti dijalankan karena sifat seorang muslim adalah sami’na wa
atho’na, yaitu patuh dan taat.
Dari Ummu
Salamah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ
أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ
“Jika
kalian telah menyaksikan hilal Dzulhijjah (maksudnya telah memasuki 1
Dzulhijjah, -pen) dan kalian ingin berqurban, maka hendaklah shohibul qurban
tidak memotong rambut dan kukunya.” (HR. Muslim no. 1977).
Lebih-lebih
lagi dalam ibadah haji dan umrah, saat berihram jamaah tidak diperkenankan
mengenakan wewangian, memotong rambut dan kuku, mengenakan baju atau celana
yang membentuk lekuk tubuh (bagi pria), tidak boleh menutup kepala serta tidak
boleh menyentuh istrinya.
Dari
‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ada seseorang yang
berkata pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ مِنَ
الثِّيَابِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « لاَ يَلْبَسُ
الْقُمُصَ وَلاَ الْعَمَائِمَ وَلاَ السَّرَاوِيلاَتِ وَلاَ الْبَرَانِسَ وَلاَ
الْخِفَافَ ، إِلاَّ أَحَدٌ لاَ يَجِدُ نَعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ خُفَّيْنِ ،
وَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ ، وَلاَ تَلْبَسُوا مِنَ
الثِّيَابِ شَيْئًا مَسَّهُ الزَّعْفَرَانُ أَوْ وَرْسٌ »
“Wahai
Rasulullah, bagaimanakah pakaian yang seharusnya dikenakan oleh orang yang
sedang berihram (haji atau umrah, -pen)?”
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh mengenakan
kemeja, sorban, celana panjang kopiah dan sepatu, kecuali bagi yang tidak
mendapatkan sandal, maka dia boleh mengenakan sepatu. Hendaknya dia potong
sepatunya tersebut hingga di bawah kedua mata kakinya. Hendaknya dia tidak
memakai pakaian yang diberi za’faran dan wars (sejenis wewangian, -pen).”
(HR. Bukhari no. 1542)
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
5- Belajar untuk rajin berdzikir
Dalam
ibadah qurban diwajibkan membaca bismillah dan disunnahkan untuk bertakbir saat
menyembelih qurban.
Dari Anas radhiyallahu
‘anhu, ia berkata,
ضَحَّى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِكَبْشَيْنِ
أَمْلَحَيْنِ ، فَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا يُسَمِّى
وَيُكَبِّرُ ، فَذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ .
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berqurban (pada Idul Adha) dengan dua
kambing yang gemuk. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher dua
kambing itu. Lalu beliau membaca bismillah dan bertakbir, kemudian beliau
menyembelih keduanya dengan tangannya.” (HR. Bukhari, no. 5558)
Sejak sepuluh
hari pertama Dzulhijjah, kita pun sudah diperintahkan untuk banyak bertakbir.
Allah Ta’ala berfirman,
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
“Dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan.” (QS. Al Hajj:
28). ‘Ayyam ma’lumaat’ menurut salah satu penafsiran adalah sepuluh hari
pertama Dzulhijjah.
Dalam ayat lain
disebutkan,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ
تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ
عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ
تُحْشَرُونَ
“Dan
berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang.”
(QS. Al Baqarah: 203). Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul
ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini menunjukkan adanya perintah
berdzikir di hari-hari tasyriq.
Imam Bukhari rahimahullah
menyebutkan,
Ibnu
‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan
yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.
Ibadah
thawaf, sa’i dan melempar jumrah pun dilakukan dalam rangka berdzikir pada
Allah. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا
وَالْمَرْوَةِ وَرَمْىُ الْجِمَارِ لإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ
“Sesungguhnya
thawaf di Ka’bah, melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah dan melempar jumrah
adalah bagian dari dzikrullah (dzikir pada Allah).” (HR. Abu Daud, no.
1888; Tirmidzi, no. 902; Ahmad, 6: 46.
Di
hari-hari tasyriq, kita pun diperintahkan untuk membaca doa sapu jagad. Allah Ta’ala
berfirman,
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ
كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ, وَمِنْهُمْ
مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut)
Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu,
atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada
orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan
tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka
ada orang yang berdoa: “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti
hasanah wa qina ‘adzaban naar” [Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka].” (QS. Al
Baqarah: 200-201)
Ini semua
mengajarkan pada kita untuk rajin berdzikir.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ رضى الله عنه أَنَّ
رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ
عَلَىَّ فَأَخْبِرْنِى بِشَىْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ « لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ
رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ »
Dari ‘Abdullah
bin Busr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seseorang yang berkata
pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah,
syariat Islam sungguh banyak dan membebani kami. Beritahukanlah padaku suatu
amalan yang aku bisa konsisten dengannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pun bersabda, “Hendaklah lisanmu tidak berhenti dari berdzikir pada Allah.”
(HR. Tirmidzi, no. 3375; Ibnu Majah, no. 3793; Ahmad, 4: 188. Hadits ini shahih
menurut Syaikh Al Albani).
Mudah-mudahan
lima pelajaran di atas berharga bagi kita semua.
Barokallahu liwalakum filquranil’adziim, wanafa’ani
waiyyakum bima fiihi min aayati wa dzikril hakim, aquulu qoulihada wa
astaghfirulloh li walakum walisairilmuslimin.
Saudara-saudara
jamaah id yang di rahmati Allah SWT
Demikianlah
5 pelajaran yang dapat kita ambil dari idul adha kali ini, yaitu: 1.belajar
ikhlas, 2. belajar untuk mengikuti tuntunan nabi, 3. belajar untuk sedekah
harta, 4. belajar untuk meninggalkan larangan, 5. belajar untuk rajin
berdzikir.
Semoga
pelajaran Idul Adha kali ini kiranya dapat memperbaiki amalan kita kedepan agar
lebih baik lagi sesuai dengan petunjuk Allah dan yang dianjurkan oleh nabi Allah
Muhammad SAW.
Dan
untuk mengakhiri khutbah kedua ini, marilah kita bersama-sama memohon kepada
ALLAH SWT, agar ibadah kurban kita, haji saudara-saudara kita, pada idul adha
kali ini kiranya dapat diterima oleh Allah SWT.
Innallaha
wa malaikatahu yusholluna ‘alannabi, ya ayuhalladina amanu shollu ‘alaihi
wasallimutaslima,
Ya
Allah, pada hari ini kami merayakan idul adha, oleh karena itu berikanlah
rahmatMu kepada kami ya Allah, terimalah ibadah kami, terimalah qurban kami,
terimalah keikhlasan kami,
Ya
Allah, terimalah ibadah haji saudara2 kami yang sedang memenuhi panggilanMu ke
tanah suci, sehatkanlah mereka, sejahterakanlah mereka, lindungilah mereka,
sejak berangkat hingga kembali berkumpul bersama kami dan keluarganya,
jadikanlah hajinya sebagai haji yang sempurna, haji yang mabrur
Ya
Allah, pada hari idul adha ini, kami memohon kepadaMU ya Allah, ampunilah dosa2
kami, maafkanlah semua kesalahan dan kekhilafan kami, ampuni dan maafkan dosa
dan kesalahan kedua orang tua kami ya Allah, kasihilah kedua orang tua kami,
sayangilah kedua orang tua kami, sebagaimana beliau menyayangi kami dari kami
masih dalam kandungan, beliau ibunda kami yang melahirkan kami dengan perjuangan
antara hidup dan mati, beliau yang selalu memberikan kehangatan ketika kami
kedinginan, beliau yang selalu mendahulukan kami makan ketika kami lapar,
Ya
Allah, masih terbayang oleh kami, bagaimana ibunda kami memandikan kami ketika
kami kecil, bagaimana beliau memakaikan baju seragam SD kami dulu, bagaimana
mereka menciumi kami ketika kami pamit berangkat sekolah
Ya
Allah, beliau yang selalu membela kami ketika kami disakiti orang, beliau yg
selalu mempertaruhkan hidupnya demi kami anak2nya agar tetap hidup dan bisa
makan, beliau yg selalu mengajarkan kebaikan kepada kami, beliau yg selalu
mengutamakan kepentingan kami dari pada kepentingannya sendiri, beliau yg
selalu menjaga kami ketika kami tidur, beliau yg selalu membelai kami ketika
kami sakit, beliau yg selalu setia menemani ketika kami dalam kesulitan, dan kini
setelah kami besar dan dewasa seperti sekarang ini, Ya Allah... maafkan kami
jika belum bisa membahagiakan mereka, membalas semua kebaikan mereka, membalas
kasih dan sayang mereka, memberikan yg terbaik untuk mereka, sebagimana beliau
telah memberikan semuanya untuk kami.
Ya
Allah, kami memohon kepadaMU, limpahkanlah RahmatMu kepada orang tua kami ya
Allah, tempatkanlah beliau di tempat yg paling mulia di sisihMu ya Allah.
Ya
Allah jangan biarkan orang tua kami bersedih karena perbuatan kami yang
menyakiti persaannya, berikanlah petunjuk kepada kami agar kami bisa menjadi
anak yang berbakti kepada orang tua, menjadi anak yang dapat menyenangkan
orang, menjadi anak yang soleh dan solehah yang dapat mengantarkan orang tuanya
ke syurga.
Ya
Allah, aku berlindung kepada Mu dari godaan syetan yang terkutuk, dari
perbuatan yang sia-sia, dan aku berlindung kepadaMu dari perbuatan durhaka
kepada orang tua.
Ya
Allah, berikanlah hidayah kepada kami dan saudara2 kami, damaikanlah mereka
yang sedang bermusuhan, rukunlah mereka yg sedang bertengkar, sejahterakanlah
mereka yg sedang kesusahan, muliakanlah mereka yg sedang terhina, dan
tunjukilah mereka jalan kebenaran, jalan yg lurus, jalan orang2 yg telah Engkau
beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, dan
bukan pula jalan mereka yang sesat.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tuliskan komentarmu disini