Jumat, 21 Desember 2012

Enterpreneurship



CIRI-CIRI DAN SIFAT WIRA USAHA MENURUT PARA AHLI

Sumarno (1984, pp.10-44) membahas ciri-ciri sikap mental wirausaha secara mendalam dengan mengemukakan tokoh Ezra Cornell, pendiri Cornell University di Amerika
sikap mental wirausaha. Ciri sifat Ezra Cornell diringkas sebagai berikut.
1. Tidak lekas puas dengan hasil yang dicapai.
2. Berpikir analitis dan kreatif.
3. Bersemangat kuat dan bekerja keras.
4. Selalu bertujuan dan berencana.
5. Berani mengambil keputusan dengan bertanggung jawab.
6. Dapat menggunakan kesempatan.
7. Tahan kritik.
8. Cerdas.
9. Tahan derita dan tabah.
10. Lincah dan mampu berkomunikasi dengan baik.
11. Berpikiran luas dan futuristic.
12. Hubungan antarmanusia baik.
13. Jujur dan mau mawas diri.
14. Mampu mengendalikan diri dan disiplin.
15. Selalu berdoa mohon kekuatan pada Tuhan.


Sedang ciri-ciri wirausaha menurut para ahli yang mengikuti Lokakarya Sistem Pendidikan dan Pengembangan Kewiraswastaan di Indonesia tanggal 21-23 Juli 1976, Bing P. Lukman dan kawan-kawan, mengidentifikasi
karakteristik wirausaha, yaitu inovatif, produktif, mandiri, ulet, tekun, tidak cepat puas, dan berani mengambil risiko (Syarif, 1976). 
Pendapat yang lebih terperinci disampaikan pula oleh Suparman Sumahamidjaya yang dikutip oleh Danuhardimedjo (1981, pp. 7-8) sebagai berikut.


1. Mempunyai keberanian untuk mengambil risiko dalam menjalankan tugasnya untuk mengejar keuntungan yang merupakan imbalan dari karyanya.
2. Mempunyai daya kreasi, imajinasi, dan kemampuan yang sangat tinggi untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.
3. Mempunyai semangat dan kemauan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.


4. Selalu mengutamakan efisiensi dan penghematan-penghematan biaya operasi perusahaan.
5. Mempunyai kemauan untuk menarik bawahan atau teman/partner usaha yang mempunyai kemauan tinggi.
6. Mempunyai analisis yang tepat, sistematis, dan metodologis.
7. Tidak konsumtif, selalu menanamkan kembali keuntungan yang diperoleh untuk memperluas usaha yang sudah ada atau menanamkannya pada usaha-usaha yang baru.
8. Mempunyai kemauan yang tinggi dalam menilai kesempatan yang ada, dan membawa teknik-teknik baru dalam mengorganisasikan usahausahanya secara tepat guna dan efisien.
9. Tekun penuh kesanggupan dan tidak lekas putus asa.
10. Yakin akan hari depan yang penuh keberhasilan dan kegemilangan
11. Tidak menutup diri terhadap kemajuan sekitarnya.
12. Fleksibel dan cekatan serta cukup informatif dalam menghadapi partner dan saingan-saingannya.



Oliver Clayton dalam penelitiannya tentang Planning a Career as a Business Owner (1981, p. 23-25) menyimpulkan hasil surveinya dengan mengemukakan saran-saran tentang karakteristik wirausaha sebagai berikut

(Harus agresif, harus kompetitif, harus berorientasi pada tujuan, harus percaya diri, harus memusatkan pada kepentingan sendiri, mampu membuat keputusan, harus menjadi pengejar keberhasilan sejak usia dini, harus mandiri/kuat dalam keputusan akhir, menempatkan keluarga dan sahabat urutan kedua pada bisnis, harus menjadi seorang opportunist, jangan berorientasi pada keamanan, harus kukuh, bertujuan, harus optimis, memiliki hasrat untuk berprestasi, harus memiliki mental yang kuat, harus menjadi seorang yang selalu berangan-angan, harus menjadi pengambil risiko dengan penuh perhitungan, menginginkan kekuasaan, belajar dari kesalahan sebelumnya, harus berusaha menjadi seorang yang sempurna dan intuisi).

Dalam beberapa literatur, kewirausahaan juga telah ditandai sebagai interaksi antara sejumlah kemampuan sebagai berikut: pengendalian diri, penyusunan perencanaan dan penetapan tujuan, pengambilan risiko, inovasi,penggunaan umpan balik, pengambilan keputusan, hubungan antarmanusia, dan tidak tergantung. Selain itu, hampir semua orang punya keyakinan bahwa seseorang wirausaha yang berhasil adalah mereka yang tidak takut
berhadapan dengan kegagalan.

Pada tahun 1982 Hornaday pernah melakukan penelitian yang khusus mengenai kehidupan dari para wirausaha. Dari hasil penelitiannya itu akhirnya diperoleh sejumlah atribut yang pada umumnya selalu melekat pada seorang wirausaha. 

Karakteristik yang Biasanya Melekat pada Wirausahawan
1. Percaya diri.
2. Keteguhan hati.
3. Mempunyai kekuatan dan tekun.
4. Memiliki akal dan daya yang panjang (resourcefulness).
5. Memiliki kemampuan untuk mengambil risiko dengan penuh perhitungan.
6. Dinamis dan memiliki kecakapan memimpin.
7. Optimis.
8. Kebutuhan akan prestasi.
9. Memiliki kecakapan dalam banyak hal (versatility); memiliki pengetahuan tentang produk, pasar, permesinan, dan teknologi.
10. Kreatif.
11. Memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
12. Memiliki kemampuan untuk “berbaikan” dengan orang lain.
13. Berinisiatif.
14. Fleksibel.
15. Cerdas.
16. Berorientasi pada tujuan yang jelas.
17. Memiliki tanggapan yang positif terhadap setiap tantangan.
18. Tidak tergantung pada pihak lain.
19. Tanggap terhadap saran dan kritikan.
20. Pandai mengelola waktu dan efisien.
21. Mampu mengambil keputusan secara cepat.
22. Bertanggung jawab.
23. Berpandangan ke masa depan.
24. Akurat dan hati-hati.
25. Bisa bekerja sama.
26. Berorientasi pada keuntungan.
27. Belajar dari kesalahan.
28. Hasrat akan kekuasaan.
29. Memiliki kepribadian yang menyenangkan.
30. Egotisme.
31. Berani.
32. Penuh daya khayal.
33. Cerdik atau lekas mengerti (perceptiveness).
34. Bersikap toleran terhadap hal-hal yang bermakna ganda/mendua (ambiguous).
35. Agresif.
36. Menikmati kegembiraannya/kesenangannya.
37. Manjur/mujarab.
38. Memiliki komitmen.
39. Percaya pada para bawahan dan pekerjaannya.
40. Peka terhadap pihak lain.
41. Jujur dan memiliki integritas.
42. Matang dan seimbang.




Evaluasi program praktik kejuruan SMK Yapema


EVALUASI PROGRAM PRAKTIK KEJURUAN
DI SMK YAPEMA GADINGREJO
KABUPATEN PRINGSEWU

Proposal
(TUGAS KELOMPOK MK.EVALUASI PROGRAM PTK)
DOSEN: Dr. FAHMI RIZAL, M.Pd



UNP-2.jpg
 














OLEH: KELOMPOK 1

Ø  ANTONIUS HIDAYANTO
Ø  ANCOLO
Ø  DASWEPTIA
Ø  FITRIONO
Ø  JATI PAMUNGKAS
Ø  JECKSON





PROGRAM PASCA SARJANA PERNDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG(UNP)
TAHUN 2012


I   RASIONAL


SMK Yapema Gadingrejo Kabupaten Pringsewu-Lampung merupakan sekolah kejuruan deng konsentrasi teknologi industry. SMK ini memiliki 3 Prodi dengan dengn 4 Kompetensi keahlian, yaitu: Teknik Elektronika Audio Video, Teknik Otomotif Kendaraan Ringan, Teknik Otomotif Sepeda Motor dan Teknik Komputer dan Jaringan. Terletak 700 meter dari kota Kecamatan Gadingrejo dan 10 kM dari pusat kota Kabupaten Pringsewu.
Didukung dengan sumberdaya manusia yang terdiri dari para guru dengan kualifikasi berpendidikan S-1(95%) dan D-3 atau yang sederajat (5%), sarana dan prasarana pendidikan yang cukup memadai serta lokasi yang mudah dijangkau baik kendaraan umum maupun pribadi, membuat sekolah ini menjadi salah satu sekolah tujuan pendidikan yang diminati oleh para lulusan SMP disekitarnya. Adanya dukungan dari berbagai pihak seperti warga sekolah yang proaktif, komite sekolah yang solid dan partisipasi wali murid dalam kontribusinya kepada sekolah mendudukkan sekolah ini menjadi sekolah yang cukup diperhitungkan di wilayah Pringsewu dan sekitarnya.
Untuk menunjang kompetensi kejuruan sesuai bidang keahliannya, sekolah ini juga telah dilengkapi dengan sarana praktikum berupa ruang praktik yang memadai dengan berbagai macam peralatan di dalamnya, siap mendukung kegiatan praktik kejuruan.
Pihak manajemen sekolah melalui ketua-ketua program studi juga telah membuat program praktik kejuruan yang dipedomani oleh guru dan siswa didalam melaksanakan praktik. Program praktik kejuruan ini disusun dengan mensinkronkan dengan program kurikulum, kalender pendidikan, kultur budaya, kebutuhan dunia usaha/industry dan potensi siswa dan lingkungannya.
Selain program praktik yang diselenggarakan disekolah, siswa juga melaksanakan praktik di dunia industry pada institusi pasangan SMK Yapema, yaitu pada bengkel-bengkel yang relevan dengan prodi yang ada seperti bengkel sepeda motor, bengkel mobil, bengkel elektronika dan lembaga yang membutuhkan maintenance computer dan jaringan sebagai wujud dari pelaksanaan pendidikan system ganda. Semua kegiatan praktik tersebut dituangkan dalam program praktik kejuruan SMK Yapema yang disusun oleh ketua program keahlian berkoordinasi dengan Divisi Hubungan Industri.
Program praktik kejuruan ini telah disusun sedemikian rupa dengan memperhitungkan aspek ketercapaian yang maksimal, namun didalam pelaksanaannya program praktik kejuruan ini bukan tanpa masalah. Banyak sekali batu sandungan yang dihadapi terkait dengan kondisi intake siswa, sarana dan prasarana praktik yang walaupun telah cukup memadai namun kurang update sehingga ketinggalan teknologi, manajemen yayasan yang cenderung labil, loyalitas pimpinan pada beberapa sisi kurang proaktif, kerjasama antar teman sejawat yang terkadang berbeda visi dan misi dan lain-lain. Hal-hal ini yang akan menjadi focus penelitian evaluasi program praktik kejuruan di SMK Yapema Gadingrejo.



























II   TUJUAN EVALUASI



A. TUJUAN UMUM
Peneliti ingin mengetahui gambaran tentang sesuatu kemudian dideskripsikan, sedangkan dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai hasil pelaksanaan program, setelah data terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu.
Ingin mengatahui tingkat ketercapaian program, dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan dan sebabnya.
Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya.

B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan khusus dilakukannya evaluasi program kegiatan praktik kejuruan di SMK Yapema ini adalah:
  1. Menilai secara nyata kesesuaian program praktik dengan tujuan situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran
  2. Menilai secara input kesiapan siswa dan pengajar untuk melaksanakan program tersebut serta kesiapan fasilitas dan institusi pendukung pelaksanaan program praktik
  3. Menilai secara proses konsistensi implementasi program praktik dengan rencana kegiatan yang diajukan
  4. Menilai secara produk sasaran yang diajukan dalam proposal kegiatan program praktik





III  RUMUSAN MASALAH

  1. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi program praktik kejuruan di SMK?
  2. Mengapa program praktik perlu di evaluasi?
  3. Bagaimana cara melakukan evaluasi program praktik kejuruan di SMK?





















IV  KAJIAN KEPUSTAKAAN

Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit  yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang  realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.
Ciri dan persyaratan evaluasi program mengacu pada kaidah yang berlaku, dilakukan secara sistematis, teridentrifikasi penentu keberhasilan dan kebelumberhasilan program, menggunakan tolok ukur baku, dan hasil evaluasi dapat digunkan sebagai tindak lanjut atau pengambilan keputusan.
Evaluator program harus orang-orang yang memiliki kompetensi yang mumpuni, di antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab. Evaluator dapat berasal dari kalangan internal (evaluator dan pelaksana program) dan kalangana eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan implementasi program).
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit  yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk diimplementasikan di lapangan. Sedangkan evaluasi program bertujuan  untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan implementasi program yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan tindak lanjut atau pengambilan keputusan.

A. MODEL DAN RANCANGAN EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN

Model evaluasi menurut Kaufan dan Thomas yang membedakan model evluasi program menjadi delapan, yaitu:

1.      Goal Oriented Eavaluation Model
Objek pengamatan model ini adalah tujuan dari program. Evaluasi dilaksanakan berkesinambungan, terus-menerus untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan program.
2.      Goal Free Eavaluation Model
Dalam melaksanakan evaluasi tidak memperhatikan tujuan khusus program, melainkan bagaimana terlaksananya program dan mencatat hal-hal yang positif maupun negatif.
3.      Formatif Summatif Evaluation Model
Model evaluasi ini dilaksanakan ketika program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai (evaluasi sumatif).
4.      Countenance Evaluation Model
Model ini juga disebut model evaluasi pertimbangan. Maksudnya evaluator mempertimbangkan program dengan memperbandingkan kondisi hasil evaluasi program dengan yang terjadi di program lain, dengan objek ssaran yang sama dan membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar yang ditentukan oleh program tersebut.
5.      Responsif Evaluation Model
Model ini tidak dijelaskan dalam buku ini karena model ini kurang populer.
6.      SSE-UCLA Evaluation Model
Model ini meliputi empat tahap, yaitu
a.       Needs assessment, memusatkan pada penentuan masalah hal-hal yang perlu dipetimbangkan dalam program, kebutuhan uang dibutuhkan oleh program, dan tujuan yang dapat dicapai.
b.      Program planning, perencanaan program dievaluasi untuk mengetahui program disusun sesuai analisis kebutuhan atau tidak.
c.       Formative evaluation, evaluasi dilakukan pada saat  program berjalan.
d.      Summative program, evaluasi untuk mengetahui hasil dan dampak dari program serta untuk mengetahui ketercapaian  program.
7.      CIPP Evaluation Model (Context   Input   Process   Product)
a.       Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks adalah evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan pernenuhan dan karakteristik individu yang menangani. Seorang evaluator harus sanggup menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan program.
b.      Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan mempertimbangkan kemampuan awal atau kondisi awal yang dimiliki oleh institusi untuk melaksanakan sebuah program.
c.       Evaluasi Proses
Evaluasi proses diarahkan pada sejauh mana program dilakukan dan sudah terlaksana sesuai dengan rencana. 
d.      Evaluasi Hasil
Ini merupakan tahap akhir evaluasi dan akan diketahui ketercapaian tujuan, kesesuaian proses dengan pencapaian tujuan, dan ketepatan tindakan yang diberikan, dan dampak dari program.

8.      Discrepancy Model
Model ini ditekankan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi pada setiap komponen program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standar yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut.

B.  PERENCANAAN EVALUSI PROGRAM

Membicarakan tentang analisis kebutuhan adalah merupakan sarana atau alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan sebuah perubahan, yakni perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional sehingga kemudian perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan “bagaimana seharusnya” dengan sasarannya adalah siswa, kelas dan sekolah.
Dalam sistem pendidikan, karena pendidikan itu sendiri hanya merupakan alat belaka, sedangkan prestasi belajar siswa adalah hal yang menjadi tujuan, maka membuat rencana mengajar  merupakan proses penting untuk menentukan alat yang tepat dalam mencapai tujuan akhir. Setelah guru berhasil menentukan materi yang akan diajarkan, perlu secara hati-hati meninjau kembali apakah dalam pemilihan materinya  sudah tepat, dalam arti sudah sesuai benar dengan kebuituhan siswa.
Ada dua cara yang lazim dilakukan dalam melakukan analisis kebutuhan, yaitu secara obyektif dan subyektif. Kedua cara tersebut dimulai dari identifikasi lingkup tujuan penting dalam program, menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan, menyusun kriteria (standar) untuk tiap-tiap indikator dan membandingkan kondisi yang diperoleh dengan kriteria. Ciri khas dalam cara melakukan analisis kebutuhan secara subjektif adalah mengumpulkan semua evaluator untuk bersama-sama menentukan skala prioritas kebutuhan.
Selain dua cara tersebut evaluator dapat juga menggunakan gabungan dari keduanya, yaitu sebagian menggunakan cara obyektif, sebagian yang lain mernggunakan cara subyektif. Di samping itu, seorang evaluator dapat juga menambahkan bahan lain yang diambil dari pihak laur dirinya. Yang dimaksud dengan pihak luar diantaranya adalah kawan-kawan dekat atau anggota keluarga lain dari responden yang diperkirakan pihak tersebut memang diperlukan dan data yang diberikan dapat dipercaya.
Evaluasi program tidak lain adalah penelitian, dengan cirri-ciri khusus. Oleh karena evaluasi program sama dengan penelitian maka sebelum memulai kegiatan,seperti juga penelitian, harus membuat proposal. Isi dan langkah-langkah dalam penyusunan proposal sama dengan proposal dalam penelitian.
Dalam pembahasan kali ini hanya tiga hal yang akan dijelaskan secara khusus. Ketiga hal dimaksud, sekaligus butir yang rawan adalah sebagai berikut :
1.      Bagian pendahuluan, menentukan garis besar isi bagian ini.
2.      Bagian metodologi berisi tiga hal pokok, yaitu penentuan sumber data, metode pengumpulan data, dan penentuan instrumen pengumpulan data. Ada tiga sumber data yang didahului dengan huruf P (kata bahasa Inggris), yaitu :Person ( manusia), Place (tempat) dan paper (kertas dan lain-lain). Penentuan metode pengumpulan data harus disesuaikan dengan sumber data.
3.      Bagian cara menentukan evaluasi. Instrumen pengumpul data evaluasi adalah alat yang diperlukan untuk mempermudah pengumpulan data.
Jenis instrument sebanyak jenis metode yang digunakan dan selanjutnya pemilihan jenis instrument pengumpulan data harus disesuaikan dengan metode yang sudah ditentukan oleh evaluator. Instrumen merupakan alat untuk mempermudah penggunaan metode dalam pengumpulan data.
Ada lima langkah yang harus dilalui dalam menyusun instumen yaitu :
(a)    Identifikasi indikator sebagai obyek sasaran evaluasi.
(b)   Membuat tabel hubungan antara komponen-indikator-sumber data-metode-instrumen,
(c)    Menyusun butir-butir instrumen
(d)   Menyusun kriteria-kriteria penilaian,dan
(e)    Menyusun pedoman pegerjaan
Di dalam kisi-kisi yang merupakan alat bantu penyusunan instrumen tertentu secara khusus tidak lagi mencantumkan sumber data dan metode, tetapi langsung hubungan antara indikator dengan nomor-nomor instrumen. Di antara langkah-langkah penyusunan instrumen, yang merupakan alat bantu yang paling bermanfaat bagi penyusunan instrumen adalah kisi-kisi. Itulah sebabnya, kisi-kisi harus disusun secara cermat dan hati-hati. Petunjuk pengerjaan jangan terlupakan, agar responden tidak salah dalam membantu mengisi instrumen bagi evaluator.
















V   METODOLOGI EVALUASI


Beberapa langkah atau tahapan dalam melaksanakan evaluasi program secara garis besar meliputi : tahapan persiapan evaluasi program, tahap pelaksanaan, dan tahap monitoring. Penjelasan tentang langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :
1. Persiapan Evaluasi Program
- Penyusunan program evaluasi
- Penyusunan instrumen evaluasi
- Validasi instrumen evaluasi
- Menentukan jumlah sampel yang diperlukan
- Penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data di ambil
Penyusunan terkait dengan model diantaranya; model CIFF, model Metfessel and Michael, model Stake, model Kesenjangan, model Glaser, model Michael Scriven, model Evaluasi Kelawanan, dan model Need Assessment.
Langkah langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument evaluasi :
-    Merumuskan tujuan yang akan dicapai
-    Membuat kisi-kisi
-    Membuat butir-butir instrument
-    Menyunting instrument 
-    Instrumen yang telah tersusun perlu di validasi
-    Dapat dilakukan dengan metode Sampling
-    Beberapa hal yang perlu disamakan : tujuan program, tujuan evaluasi, kriteria keberhasilan program, wilayah generalisasi, teknik sampling, jadwal kegiatan

2.  Pelaksanaan Evaluasi Program
Evaluasi program dapat dikategorikan evaluasi reflektif, evaluasi rencana, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Keempat jenis evaluasi tersebut mempengaruhi evaluator dalam mentukan metode dan alat pengumpul data yang digunakan.
Dalam pengumpulan data dapat menggunakan berbagai alat pengumpul data antara lain : pengambilan data dengan tes, pengambilan data dengan observasi ( bias berupa check list, alat perekam suara atau gambar ), pengambilan data dengan angket, pengambilan data dengan wawancara, pengambilan data dengan metode analisis dokumen dan artifak atau dengan teknik lainya.

3.  Tahap Monitoring (Pelaksanaan)
Monitoring pelaksanaan evaluasi berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana program. Sasaran monitoring adalah seberapa pelaksaan program dapat diharapkan/ telah sesuai dengan rencana program, apakah berdampak positif atau negatif.
Teknik dan alat monitoring dapat berupa :
-  Teknik pengamatan partisipatif
-  Teknik wawancara
-  Teknik pemanfaatan dan analisis data dokumentasi
-   Evaluator atau praktisi atau pelaksana program
-   Perumusan tujuan pemantauan
-   Penetapan sasaran pemantauan
-   Penjabaran data yang dibutuhkan
-   Penyiapan metode/alat pemantauan sesuai dengan sifat dan sumber/jenis data
-   Perencanaan analisis data pemantauan dan pemaknaannya dengan berorientasi pada tujuan monitoring
Melanjutkan mengenai sampel ada 7 jenis sampel yang dapat dijadikan sebagai metode dalam evaluasi program diantaranya adalah : (1). Proportional sampel, (2). Startified sampel, (3). Purposive sampel, (4). Quota sampel, (5). Double sampel, (6). Area probability sampel, (7). Cluster sampel.
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives,” Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Sedangkan, Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai “setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai”. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Dan menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai “a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils”. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.
Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.
Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.



VI  PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH EVALUASI

Setelah mempelajari macam-macam model evaluasi diatas, maka untuk melakukan evaluasi program praktik kejuruan di SMK Yapema Gadingrejo yang paling dekat adalah dengan metode CIPP (Contex Input Proces Product), dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan responden
Didalam evaluasi ini melibatkan  Guru/instruktur yang mengajar sebagai responden untuk memberikan informasi terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program. Kesulitan-kesulitan didalam melaksanakan program praktik di lapangan.
Siswa merupakan obyek yang menjalani program secara langsung, dapat memberikan informasi juga berkenaan dengan kegiatan yang dilakukan, apakah guru sudah menjalankan tugas membimbing praktik sesuai jadwal dan sistematikanya sudah sesuai dengan jobsheet atau tidak.
Komite turut terlibat didalam mengakomodir segala kebutuhan terkait dengan kegiatan pada program praktik kejuruan yang diprogramkan. Komite juga akan memantau jalannya program serta meminta pertanggung jawaban atas penggunaan dana. Komite akan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam proses evaluasi khususnya yang berkenaan dengan penggunaan dana praktik.
Waka Kurikulum sebagai lini yang membawahi prodi dapat memberikan informasi terkait dengan pelaksanaan program praktik meliputi kesesuaian jadwal pelaksanaan dengan perencanaannya, memonitor kegiatan pelaksanaannya, sampai dengan penilaian kompetensi siswa/praktikan. Membuat pelaporan kegiatan kepada kepala sekolah sebagai perwujudan dari pelaksanaan proses belajar mengajar.
Kepala Program Studi Keahlian merupakan responden berikutnya yang dapat memberikan informasi tentang sejauh mana program praktik dapat dilaksanakan, prosentase ketercapaian program dan hasil-hasilnya. Sisi kelemahan dari program juga dapat diidentifikasi oleh kepala program keahlian, sehingga dia juga dapat merencanakan perbaikan-perbaikan untuk membuat program praktik kejuruan berikutnya.

2. Instrumen yang dibutuhkan
Didalam melakukan observasi untuk mendapatkan data yang valid sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dibutuhkan instrument yang valid dan reliable. Instrumen-instrumen tersebut dapat berupa wawancara langsung kepada nara sumber/sumber informasi dari responden yang sudah ditentukan. Dengan melakukan wawancara secara langsung maka informasi terkait dengan masalah yang dievaluasi dapat secara terbuka disampaikan. Teknik-teknik wawancara dalat dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara yang tertuang dalam form wawancara yang telah disusun secara sistematis hingga memudahkan dan memberikan kepastian jawaban yang jelas.
Selain wawancara dapat juga dilakukan observasi lapangan untuk mengambil data yang dibutuhkan. Pengamatan langsung, dengan media pengambilan foto, rekaman audio dan video atau dapat juga dengan men-checklist pada instrument observasi yang sudah disiapkan.
Berikutnya adalah Survey dengan kuisioner dengan cara membagikan kuisioner berupa pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh responden. Cara ini dapat memberikan informasi yang mengarah secara focus pada permasalahan yang diteliti/evaluasi.
Selain dari beberapa instrument di atas, maka ada lagi yang dapat dilakukan untuk mengambil data, yaitu dengan melakukan Ujian. Ujian dapat dilakukan diawal(pretest) dan diakhir observasi(Posttest) untuk mengetahui tingkat reliabilitas informasi yang diperoleh.
3. Teknik dan Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk analisa data dalam proposal ini adalah dengan Triangulasi data dan statistic.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330). Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.
Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.
Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331).
Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.
Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh seorang peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatu penelitian. teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain. Model triangulasi diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat.
Murti B., 2006 menyatakan bahwa tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset. Dengan demikian triangulasi memiliki arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan kuantitatif, sedangkan menurut Yin R.K, 2003 menyatakan bahwa pengumpulan data triangulasi (triangulation) melibatkan observasi, wawancara dan dokumentasi. Apa yang dapat saya katakan disini bahwa implementasi riset kesehatan saat ini banyak dikembangkan kemitraan riset kualitatif dan kuantitatif (mix methods) atau dengan ungkapan saya“Bridging disparities evidence based mixed methods approaches in healthcare organizations”.






























DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
budi.wiharto.googlepages.com/PengertianEvaluasiPendidikan.doc
Moloeng, lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.
Nasution, Prof. Dr. S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.