EVALUASI PROGRAM PRAKTIK KEJURUAN
DI SMK YAPEMA GADINGREJO
KABUPATEN PRINGSEWU
Proposal
(TUGAS KELOMPOK MK.EVALUASI PROGRAM PTK)
DOSEN: Dr. FAHMI RIZAL, M.Pd
![]() |
OLEH: KELOMPOK 1
Ø
ANTONIUS HIDAYANTO
Ø
ANCOLO
Ø
DASWEPTIA
Ø
FITRIONO
Ø
JATI PAMUNGKAS
Ø
JECKSON
PROGRAM PASCA SARJANA PERNDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG(UNP)
TAHUN 2012
I RASIONAL
SMK Yapema Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu-Lampung merupakan sekolah kejuruan deng konsentrasi
teknologi industry. SMK ini memiliki 3 Prodi dengan dengn 4 Kompetensi
keahlian, yaitu: Teknik Elektronika Audio Video, Teknik Otomotif Kendaraan
Ringan, Teknik Otomotif Sepeda Motor dan Teknik Komputer dan Jaringan. Terletak
700 meter dari kota Kecamatan Gadingrejo dan 10 kM dari pusat kota Kabupaten
Pringsewu.
Didukung dengan
sumberdaya manusia yang terdiri dari para guru dengan kualifikasi berpendidikan
S-1(95%) dan D-3 atau yang sederajat (5%), sarana dan prasarana pendidikan yang
cukup memadai serta lokasi yang mudah dijangkau baik kendaraan umum maupun
pribadi, membuat sekolah ini menjadi salah satu sekolah tujuan pendidikan yang
diminati oleh para lulusan SMP disekitarnya. Adanya dukungan dari berbagai
pihak seperti warga sekolah yang proaktif, komite sekolah yang solid dan
partisipasi wali murid dalam kontribusinya kepada sekolah mendudukkan sekolah
ini menjadi sekolah yang cukup diperhitungkan di wilayah Pringsewu dan sekitarnya.
Untuk menunjang
kompetensi kejuruan sesuai bidang keahliannya, sekolah ini juga telah
dilengkapi dengan sarana praktikum berupa ruang praktik yang memadai dengan
berbagai macam peralatan di dalamnya, siap mendukung kegiatan praktik kejuruan.
Pihak manajemen sekolah
melalui ketua-ketua program studi juga telah membuat program praktik kejuruan
yang dipedomani oleh guru dan siswa didalam melaksanakan praktik. Program
praktik kejuruan ini disusun dengan mensinkronkan dengan program kurikulum, kalender
pendidikan, kultur budaya, kebutuhan dunia usaha/industry dan potensi siswa dan
lingkungannya.
Selain program praktik
yang diselenggarakan disekolah, siswa juga melaksanakan praktik di dunia
industry pada institusi pasangan SMK Yapema, yaitu pada bengkel-bengkel yang
relevan dengan prodi yang ada seperti bengkel sepeda motor, bengkel mobil,
bengkel elektronika dan lembaga yang membutuhkan maintenance computer dan
jaringan sebagai wujud dari pelaksanaan pendidikan system ganda. Semua kegiatan
praktik tersebut dituangkan dalam program praktik kejuruan SMK Yapema yang
disusun oleh ketua program keahlian berkoordinasi dengan Divisi Hubungan
Industri.
Program praktik kejuruan
ini telah disusun sedemikian rupa dengan memperhitungkan aspek ketercapaian
yang maksimal, namun didalam pelaksanaannya program praktik kejuruan ini bukan
tanpa masalah. Banyak sekali batu sandungan yang dihadapi terkait dengan
kondisi intake siswa, sarana dan prasarana praktik yang walaupun telah cukup
memadai namun kurang update sehingga ketinggalan teknologi, manajemen yayasan
yang cenderung labil, loyalitas pimpinan pada beberapa sisi kurang proaktif,
kerjasama antar teman sejawat yang terkadang berbeda visi dan misi dan
lain-lain. Hal-hal ini yang akan menjadi focus penelitian evaluasi program
praktik kejuruan di SMK Yapema Gadingrejo.
II TUJUAN
EVALUASI
A. TUJUAN UMUM
Peneliti ingin mengetahui gambaran tentang sesuatu
kemudian dideskripsikan, sedangkan dalam evaluasi program, pelaksana
(evaluator) ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai
hasil pelaksanaan program, setelah data terkumpul dibandingkan dengan kriteria
atau standar tertentu.
Ingin mengatahui tingkat ketercapaian program, dan
apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak
kekurangan dan sebabnya.
Evaluasi program
bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan.
Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya.
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan khusus dilakukannya evaluasi program
kegiatan praktik kejuruan di SMK Yapema ini adalah:
- Menilai
secara nyata kesesuaian program praktik dengan tujuan situasi dan kondisi
kegiatan pembelajaran
- Menilai
secara input kesiapan siswa dan pengajar untuk melaksanakan program
tersebut serta kesiapan fasilitas dan institusi pendukung pelaksanaan
program praktik
- Menilai
secara proses konsistensi implementasi program praktik dengan rencana
kegiatan yang diajukan
- Menilai
secara produk sasaran yang diajukan dalam proposal kegiatan program
praktik
III RUMUSAN
MASALAH
- Apakah
yang dimaksud dengan evaluasi program praktik kejuruan di SMK?
- Mengapa
program praktik perlu di evaluasi?
- Bagaimana
cara melakukan evaluasi program praktik kejuruan di SMK?
IV KAJIAN
KEPUSTAKAAN
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai
unit yang berisi kebijakan dan rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan
yang bertujuan mengumpulkan informasi tentang
realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam
proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan.
Ciri dan persyaratan evaluasi program mengacu pada kaidah
yang berlaku, dilakukan secara sistematis, teridentrifikasi penentu
keberhasilan dan kebelumberhasilan program, menggunakan tolok ukur baku, dan
hasil evaluasi dapat digunkan sebagai tindak lanjut atau pengambilan keputusan.
Evaluator program harus orang-orang yang memiliki
kompetensi yang mumpuni, di antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif,
sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab. Evaluator dapat berasal
dari kalangan internal (evaluator dan pelaksana program) dan kalangana
eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan
kebijakan dan implementasi program).
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai
unit yang berisi kebijakan dan rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk
diimplementasikan di lapangan. Sedangkan evaluasi program bertujuan untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan
implementasi program yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan tindak lanjut
atau pengambilan keputusan.
A. MODEL DAN RANCANGAN EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
Model evaluasi menurut
Kaufan dan Thomas yang membedakan model evluasi program menjadi delapan, yaitu:
1.
Goal
Oriented Eavaluation Model
Objek pengamatan model
ini adalah tujuan dari program. Evaluasi dilaksanakan berkesinambungan,
terus-menerus untuk mengetahui ketercapaian pelaksanaan program.
2.
Goal
Free Eavaluation Model
Dalam melaksanakan evaluasi
tidak memperhatikan tujuan khusus program, melainkan bagaimana terlaksananya
program dan mencatat hal-hal yang positif maupun negatif.
3.
Formatif
Summatif Evaluation Model
Model evaluasi ini
dilaksanakan ketika program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika
program sudah selesai (evaluasi sumatif).
4.
Countenance
Evaluation Model
Model ini juga disebut
model evaluasi pertimbangan. Maksudnya evaluator mempertimbangkan program
dengan memperbandingkan kondisi hasil evaluasi program dengan yang terjadi di
program lain, dengan objek ssaran yang sama dan membandingkan kondisi hasil
pelaksanaan program dengan standar yang ditentukan oleh program tersebut.
5.
Responsif
Evaluation Model
Model ini tidak
dijelaskan dalam buku ini karena model ini kurang populer.
6.
SSE-UCLA
Evaluation Model
Model ini meliputi empat
tahap, yaitu
a.
Needs
assessment, memusatkan pada penentuan masalah hal-hal yang perlu
dipetimbangkan dalam program, kebutuhan uang dibutuhkan oleh program, dan tujuan
yang dapat dicapai.
b.
Program
planning, perencanaan program dievaluasi untuk mengetahui program
disusun sesuai analisis kebutuhan atau tidak.
c.
Formative
evaluation, evaluasi dilakukan pada saat program berjalan.
d.
Summative
program, evaluasi untuk mengetahui hasil dan dampak dari program serta
untuk mengetahui ketercapaian program.
7. CIPP
Evaluation Model (Context Input Process
Product)
a. Evaluasi
Konteks
Evaluasi konteks adalah
evaluasi terhadap kebutuhan, tujuan pernenuhan dan karakteristik individu yang
menangani. Seorang evaluator harus sanggup menentukan prioritas kebutuhan dan
memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan program.
b. Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan
mempertimbangkan kemampuan awal atau kondisi awal yang dimiliki oleh institusi
untuk melaksanakan sebuah program.
c. Evaluasi
Proses
Evaluasi proses
diarahkan pada sejauh mana program dilakukan dan sudah terlaksana sesuai dengan
rencana.
d. Evaluasi Hasil
Ini merupakan tahap akhir evaluasi dan akan diketahui
ketercapaian tujuan, kesesuaian proses dengan pencapaian tujuan, dan ketepatan
tindakan yang diberikan, dan dampak dari program.
8. Discrepancy
Model
Model ini ditekankan untuk mengetahui kesenjangan yang
terjadi pada setiap komponen program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kesesuaian antara standar yang sudah ditentukan dalam
program dengan penampilan aktual dari program tersebut.
B.
PERENCANAAN EVALUSI PROGRAM
Membicarakan tentang analisis kebutuhan adalah merupakan
sarana atau alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan sebuah perubahan,
yakni perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional sehingga
kemudian perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan
mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan “bagaimana
seharusnya” dengan sasarannya adalah siswa, kelas dan sekolah.
Dalam sistem pendidikan, karena pendidikan itu sendiri
hanya merupakan alat belaka, sedangkan prestasi belajar siswa adalah hal yang
menjadi tujuan, maka membuat rencana mengajar
merupakan proses penting untuk menentukan alat yang tepat dalam mencapai
tujuan akhir. Setelah guru berhasil menentukan materi yang akan diajarkan,
perlu secara hati-hati meninjau kembali apakah dalam pemilihan materinya sudah tepat, dalam arti sudah sesuai benar
dengan kebuituhan siswa.
Ada dua cara yang lazim dilakukan dalam melakukan
analisis kebutuhan, yaitu secara obyektif dan subyektif. Kedua cara tersebut
dimulai dari identifikasi lingkup tujuan penting dalam program, menentukan
indikator dan cara pengukuran tujuan-tujuan, menyusun kriteria (standar) untuk
tiap-tiap indikator dan membandingkan kondisi yang diperoleh dengan kriteria.
Ciri khas dalam cara melakukan analisis kebutuhan secara subjektif adalah
mengumpulkan semua evaluator untuk bersama-sama menentukan skala prioritas
kebutuhan.
Selain dua cara tersebut evaluator dapat juga menggunakan
gabungan dari keduanya, yaitu sebagian menggunakan cara obyektif, sebagian yang
lain mernggunakan cara subyektif. Di samping itu, seorang evaluator dapat juga
menambahkan bahan lain yang diambil dari pihak laur dirinya. Yang dimaksud
dengan pihak luar diantaranya adalah kawan-kawan dekat atau anggota keluarga
lain dari responden yang diperkirakan pihak tersebut memang diperlukan dan data
yang diberikan dapat dipercaya.
Evaluasi program tidak lain adalah penelitian, dengan
cirri-ciri khusus. Oleh karena evaluasi program sama dengan penelitian maka
sebelum memulai kegiatan,seperti juga penelitian, harus membuat proposal. Isi
dan langkah-langkah dalam penyusunan proposal sama dengan proposal dalam
penelitian.
Dalam pembahasan kali ini hanya tiga hal yang akan
dijelaskan secara khusus. Ketiga hal dimaksud, sekaligus butir yang rawan
adalah sebagai berikut :
1. Bagian pendahuluan,
menentukan garis besar isi bagian ini.
2. Bagian metodologi berisi
tiga hal pokok, yaitu penentuan sumber data, metode pengumpulan data, dan
penentuan instrumen pengumpulan data. Ada tiga sumber data yang didahului
dengan huruf P (kata bahasa Inggris), yaitu :Person ( manusia), Place (tempat)
dan paper (kertas dan lain-lain). Penentuan metode pengumpulan data harus
disesuaikan dengan sumber data.
3. Bagian cara menentukan
evaluasi. Instrumen pengumpul data evaluasi adalah alat yang diperlukan untuk
mempermudah pengumpulan data.
Jenis instrument sebanyak jenis metode yang digunakan dan
selanjutnya pemilihan jenis instrument pengumpulan data harus disesuaikan
dengan metode yang sudah ditentukan oleh evaluator. Instrumen merupakan alat
untuk mempermudah penggunaan metode dalam pengumpulan data.
Ada lima langkah yang harus dilalui dalam menyusun
instumen yaitu :
(a)
Identifikasi indikator sebagai obyek sasaran evaluasi.
(b) Membuat
tabel hubungan antara komponen-indikator-sumber data-metode-instrumen,
(c)
Menyusun butir-butir instrumen
(d) Menyusun
kriteria-kriteria penilaian,dan
(e)
Menyusun pedoman pegerjaan
Di dalam kisi-kisi yang
merupakan alat bantu penyusunan instrumen tertentu secara khusus tidak lagi
mencantumkan sumber data dan metode, tetapi langsung hubungan antara indikator
dengan nomor-nomor instrumen. Di antara langkah-langkah penyusunan instrumen,
yang merupakan alat bantu yang paling bermanfaat bagi penyusunan instrumen adalah
kisi-kisi. Itulah sebabnya, kisi-kisi harus disusun secara cermat dan
hati-hati. Petunjuk pengerjaan jangan terlupakan, agar responden tidak salah
dalam membantu mengisi instrumen bagi evaluator.
V METODOLOGI
EVALUASI
Beberapa langkah atau tahapan dalam melaksanakan evaluasi
program secara garis besar meliputi : tahapan persiapan evaluasi program, tahap
pelaksanaan, dan tahap monitoring. Penjelasan tentang langkah-langkah tersebut
dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :
1. Persiapan Evaluasi
Program
- Penyusunan program
evaluasi
- Penyusunan instrumen evaluasi
- Validasi instrumen evaluasi
- Menentukan jumlah sampel yang diperlukan
- Penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data di ambil
- Penyusunan instrumen evaluasi
- Validasi instrumen evaluasi
- Menentukan jumlah sampel yang diperlukan
- Penyamaan persepsi antar evaluator sebelum data di ambil
Penyusunan terkait dengan model diantaranya; model CIFF,
model Metfessel and Michael, model Stake, model Kesenjangan, model Glaser,
model Michael Scriven, model Evaluasi Kelawanan, dan model Need Assessment.
Langkah langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrument
evaluasi :
- Merumuskan
tujuan yang akan dicapai
- Membuat
kisi-kisi
- Membuat
butir-butir instrument
- Menyunting
instrument
- Instrumen
yang telah tersusun perlu di validasi
- Dapat
dilakukan dengan metode Sampling
- Beberapa
hal yang perlu disamakan : tujuan program, tujuan evaluasi, kriteria
keberhasilan program, wilayah generalisasi, teknik sampling, jadwal kegiatan
2. Pelaksanaan
Evaluasi Program
Evaluasi program dapat dikategorikan evaluasi reflektif,
evaluasi rencana, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Keempat jenis evaluasi
tersebut mempengaruhi evaluator dalam mentukan metode dan alat pengumpul data
yang digunakan.
Dalam pengumpulan data dapat menggunakan berbagai alat
pengumpul data antara lain : pengambilan data dengan tes, pengambilan data
dengan observasi ( bias berupa check list, alat perekam suara atau gambar ),
pengambilan data dengan angket, pengambilan data dengan wawancara, pengambilan
data dengan metode analisis dokumen dan artifak atau dengan teknik lainya.
3. Tahap
Monitoring (Pelaksanaan)
Monitoring pelaksanaan evaluasi berfungsi untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana program. Sasaran monitoring
adalah seberapa pelaksaan program dapat diharapkan/ telah sesuai dengan rencana
program, apakah berdampak positif atau negatif.
Teknik dan alat monitoring dapat berupa :
- Teknik
pengamatan partisipatif
- Teknik
wawancara
- Teknik
pemanfaatan dan analisis data dokumentasi
- Evaluator
atau praktisi atau pelaksana program
- Perumusan
tujuan pemantauan
- Penetapan
sasaran pemantauan
- Penjabaran
data yang dibutuhkan
- Penyiapan
metode/alat pemantauan sesuai dengan sifat dan sumber/jenis data
- Perencanaan analisis data
pemantauan dan pemaknaannya dengan berorientasi pada tujuan monitoring
Melanjutkan mengenai sampel ada 7 jenis sampel yang dapat
dijadikan sebagai metode dalam evaluasi program diantaranya adalah : (1).
Proportional sampel, (2). Startified sampel, (3). Purposive sampel, (4). Quota
sampel, (5). Double sampel, (6). Area probability sampel, (7). Cluster sampel.
Menurut pengertian
bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut
Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of
delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives,” Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Sedangkan, Rooijackers
Ad mendefinisikan evaluasi sebagai “setiap usaha atau proses dalam menentukan
nilai”. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses
pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan
pengambilan keputusan. Dan menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi
sebagai “a systematic process of determining the extent to which instructional
objective are achieved by pupils”. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu
aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk
menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan
yang jelas.
Evaluasi berkaitan erat
dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda
(indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang lain.
Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu
kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat
kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran
menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan
menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.
Evaluasi pendidikan
memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan, pengajar maupun
manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana
keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi
dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan maka akan memberikan dampak
berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi.
Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan
berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan
pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari
sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk
menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
VI PROSEDUR DAN
LANGKAH-LANGKAH EVALUASI
Setelah mempelajari macam-macam model evaluasi diatas,
maka untuk melakukan evaluasi program praktik kejuruan di SMK Yapema Gadingrejo
yang paling dekat adalah dengan metode CIPP (Contex Input Proces Product),
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan responden
Didalam evaluasi ini melibatkan Guru/instruktur yang mengajar sebagai
responden untuk memberikan informasi terkait dengan perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi program. Kesulitan-kesulitan didalam melaksanakan program praktik
di lapangan.
Siswa merupakan obyek yang menjalani program secara
langsung, dapat memberikan informasi juga berkenaan dengan kegiatan yang
dilakukan, apakah guru sudah menjalankan tugas membimbing praktik sesuai jadwal
dan sistematikanya sudah sesuai dengan jobsheet atau tidak.
Komite turut terlibat didalam mengakomodir segala
kebutuhan terkait dengan kegiatan pada program praktik kejuruan yang
diprogramkan. Komite juga akan memantau jalannya program serta meminta
pertanggung jawaban atas penggunaan dana. Komite akan memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam proses evaluasi khususnya yang berkenaan dengan penggunaan
dana praktik.
Waka Kurikulum sebagai lini yang membawahi prodi dapat
memberikan informasi terkait dengan pelaksanaan program praktik meliputi
kesesuaian jadwal pelaksanaan dengan perencanaannya, memonitor kegiatan
pelaksanaannya, sampai dengan penilaian kompetensi siswa/praktikan. Membuat
pelaporan kegiatan kepada kepala sekolah sebagai perwujudan dari pelaksanaan
proses belajar mengajar.
Kepala Program Studi Keahlian merupakan responden
berikutnya yang dapat memberikan informasi tentang sejauh mana program praktik
dapat dilaksanakan, prosentase ketercapaian program dan hasil-hasilnya. Sisi
kelemahan dari program juga dapat diidentifikasi oleh kepala program keahlian,
sehingga dia juga dapat merencanakan perbaikan-perbaikan untuk membuat program
praktik kejuruan berikutnya.
2. Instrumen yang dibutuhkan
Didalam melakukan observasi untuk mendapatkan data yang
valid sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dibutuhkan instrument yang valid
dan reliable. Instrumen-instrumen tersebut dapat berupa wawancara langsung
kepada nara sumber/sumber informasi dari responden yang sudah ditentukan.
Dengan melakukan wawancara secara langsung maka informasi terkait dengan
masalah yang dievaluasi dapat secara terbuka disampaikan. Teknik-teknik
wawancara dalat dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara yang tertuang
dalam form wawancara yang telah disusun secara sistematis hingga memudahkan dan
memberikan kepastian jawaban yang jelas.
Selain wawancara dapat juga dilakukan observasi lapangan untuk
mengambil data yang dibutuhkan. Pengamatan langsung, dengan media pengambilan
foto, rekaman audio dan video atau dapat juga dengan men-checklist pada
instrument observasi yang sudah disiapkan.
Berikutnya adalah Survey dengan kuisioner dengan cara
membagikan kuisioner berupa pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh responden.
Cara ini dapat memberikan informasi yang mengarah secara focus pada
permasalahan yang diteliti/evaluasi.
Selain dari beberapa instrument di atas, maka ada lagi
yang dapat dilakukan untuk mengambil data, yaitu dengan melakukan Ujian. Ujian
dapat dilakukan diawal(pretest) dan diakhir observasi(Posttest) untuk
mengetahui tingkat reliabilitas informasi yang diperoleh.
3. Teknik dan Analisis Data
Teknik yang digunakan
untuk analisa data dalam proposal ini adalah dengan Triangulasi data dan
statistic.
Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330). Triangulasi
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115)
yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk
mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution,
selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran
peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.
Denzin (dalam Moloeng,
2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari
keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik
pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.
Triangulasi dengan
sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif (Patton,1987:331).
Adapun untuk mencapai
kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :
Membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara
Membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
Membandingkan apa yang
dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya
sepanjang waktu.
Membandingkan keadaan
dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari
berbagai kelas.
Membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Sementara itu, dalam
catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam riset kualitatif triangulasi
merupakan proses yang harus dilalui oleh seorang peneliti disamping proses
lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas informasi yang diperoleh
untuk kemudian disusun dalam suatu penelitian. teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang
paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain. Model
triangulasi diajukan untuk menghilangkan dikotomi antara pendekatan kualitatif
dan kuantitatif sehingga benar-benar ditemukan teori yang tepat.
Murti B., 2006
menyatakan bahwa tujuan umum dilakukan triangulasi adalah untuk meningkatkan
kekuatan teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari sebuah riset. Dengan demikian
triangulasi memiliki arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif
dan kuantitatif, sedangkan menurut Yin R.K, 2003 menyatakan bahwa pengumpulan
data triangulasi (triangulation) melibatkan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Apa yang dapat saya katakan disini bahwa implementasi riset
kesehatan saat ini banyak dikembangkan kemitraan riset kualitatif dan
kuantitatif (mix methods) atau dengan ungkapan saya“Bridging disparities evidence based mixed methods approaches in
healthcare organizations”.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
budi.wiharto.googlepages.com/PengertianEvaluasiPendidikan.doc
Moloeng, lexy J. 2004. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung : Rosda.
Nasution, Prof. Dr. S. 2003. Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tuliskan komentarmu disini